Poerwoto Hadi Poernomo Sang Pendekar Bagian 4

Jadi doa itu bukan proses hubungan manusia dengan sesuatu yang sifatnya supernatural?
Ndak. Berdoa tergantung apa kebutuhan kita. Kalau kita terbentur masalah maka biasanya timbul kepasrahan. Makanya tidak ada doa minta kesaktian atau kemamuan memecah benda keras.

mas poeng sang pendekar
Mas Poeng dan Pewaris
Kapan ayah anda meninggal?
Maret 1969. Tapi kayaknya dia sudah tahu waktu kematiannya saat itu saya sedang di Medan. Perasaan saya enggak enak ingin pulang. Saya pulang seminggu sebelum kematiannya. Ternyata entah apa, menurut ibu saya, sebelum meninggal ayah ingin bertemu saya. Keinginan ayah saya ini menimbulkan rasa kangen, tapi terpaksa pulang pada saat saya yang sedang di Medan. Ketika memijat ayah saya, beliau berkata,"aku arep lungan adoh. Apik-apik kowe kudu iso ngrumat adi-adimu. Sing guyub karo konco-konco. Mung emane kok katone ora menangi aku. Sesuk esuk aku arep istirahat."

Waktu itu budi masih melatih di Brimob Porong. Saat itu ayah sudah bekerja di rumah sakit Gajah Mada. Ia ingin merasakan istirahat di zaal yang merupakan ide beliau. Pada saat itu ia tidak terlihat sakit. Diperiksa dokter juga tak sakit apa-apa. Ternyata ia meninggal di hadapan keluarga di zaal itu. Ia meninggal dengan senyuman yang sampai sekarang tidak saya bisa saya lupakan. Saya melihat ayah saya meninggal dengan kemuliaan dengan kepasrahan, tanpa semua kita tahu.

Apa ada pesan khusus pada anda?
Lewat keluarga saya, ayah melarang saya berpisah dengan budi, adik saya. Cuma watak kami berbeda jauh, saya pendiam, Budi wah.... Jadi seperti minyak dan air, sama-sama cari tapi berbeda. Nyatanya sampai sekarang kami masih bersatu terus. Soal organisasi kami saling mengisi lewat diskusi keras.

Waktu tahun 1969 anda sudah melatih militer?
Sudah. Sejak 1966 kita sudah melatih di batalyon 403 di yogya, di kasi 1 korem juga.

Kapan MP pindah pusat ke Jakarta?
Oh itu ada riwayatnya. Pada awal 1976, saya didatangi tamu dari jakarta dari pasukan pengawal presiden. Datang lengkap dengan seragam dan mobil militer. Orang kampung kaget. Ternyata dia diutus pak Tjokropranolo yang saat itu menjadi ketua umum ipsi. Ia mengetahui kita pada 1973 sempat mengadakan penelitian ilmiah di akabri udara masalah power yang kita miliki.
Pada 1975, kita dipanggil ke jakarta. Saat itu beliau menjabat sebagai sekretaris militer presiden. Saya diperintahkan melatih pengawal presiden, mulai juli 1076. Akhir 1976 saya melatih rpkad. Pada hut abri 1978, RPKAD yang sudah menjadi Kopassandha mendapat tugas peragaan kemampuan memecah benda keras seperti yang kita latih. Dari situlah nama MP berkembang di Jakarta. Ternyata kemampuan organisasi sekarang baru mulai mengejar. Jadi bukan ada orgnanisasi dulu. Untuk menghindarkan birokrasi yang berbelit, kita tidak pakai pengurus daerah(pengda). Kita dari cabang langsung ke pusat. Kalau jumlah anggotanya sudah banyak kita baru akan membentuk pengda. Data 1989, anggota MP sudah mencapai 180.000 lebih sekarang pasti lebih dari 200.000 anggota.

Tampaknya MP dekat dengan militer?
Kita berprinsip menerima siapa pun yang mau berlatih. Ketepatan militer banyak yang berlatih di MP, seperti Kopassus tadi. Karena itu kita dekat dengan para Komandan Militer.

Tapi apakah tidak ada benturan, karena militer kan punya disiplin tersendiri?
Kalau dengan militer biasanya kita ada konsensus dengan atasannya. Kita tidak menekankan dengan disiplin MP. Tapi ada hal-hal yang perlu dilakukan. Misalnya murid militer tidak boleh jadi instruktur untuk umum. Karena program militer berbeda dengan program untuk umum.

Apakah yang mengembangkan pada 1978 itu tetap orang-orang lama pada tahun 1968?
Oh ndak, sejak 1968 kita sudah punya bekal beberapa cabang di Yogya dan Madiun. Jadi kita sudah punya modal beberapa pelatih. jadi kita mengirim pelatih-pelatih ke daerah-daerah.Suatu kebetulan kita berkembang dikalangan mahasiswa di UGM, ITS, semarang, bandung. Justru dari sinilah berkembangnya. Setelah selesai studi mereka bekerja di lain daerah dan membuka perguruan. Baru setelah itu mereka melapor kepada kita.

Jadi tidak ada izin khusus membuka cabang?

Ada. Jumlah cabang ini mempunyai anggota minimal 160 orang. Karena sebab cabang harus mampu menghidupi dirinya sendiri. Nah, ia hidup dari uang iuran anggota, sebab paling banter hanya 60-70 persen anggota yang membayar iuran.


mas poeng sang pendekar
Mas Poeng dan kreasi senjatanya
Kenapa anggota berkembangnya lebih banyak dikalangan kelas menengah?
Ya memang. Jadi begini, kelas menengah ke atas ini lebih dominan karena ternyata latihan MP ini bayarannya mahal. dari peralatannya saja seperti uang seragam dan materi ujian seperti benda-benda keras itu kan mahal. seperti satu kikir itu saja harganya sudah Rp.6000,- padahal sekali uji coba ia perlu 8-9 kikir. belum beton atau balok es. Jadi satu orang sekali uji coba itu bisa menghabiskan Rp70.000 - Rp.80.000,- hanya untuk dihancurkan.

Tidak ada subsidi dari perguruan?

Subdisi dari mana, karena perguruan itu hidup dari uang iuran anggota? Sekarang kita sedang mendirikan yayasan agar bisa mem-back-up organisasi. Uang iuran anggota di Jakarta hanyaRp.2500,- untuk uang sewa gedung  sudah berapa belum ongkos transport pelatih.

Tapi bisa jadi kelompok ekslusif?

Kita tidak bisa mengkingkari kelompok menengah ini menjadi penyangga. Sementara kita ingin lebih ke kelompok bawah lagi. Ya harus dengan sistem subsidi. Kita harus mensubsidi orang yang mempunyai kemampuan dan loyalitas tinggi tapi kemampuan ekonominya pas-pasan. Uangnya tentu dari yayasan. Tapi sifat donatur ini sektoral. Jadi yang punya donatur itu cabang, bukan pusat. Cabang punya hak menerima dan mengelola donasi. Organisasi pusat punya badan pengawas keuangan.
Nanti kalau ada cabang yang seharusnya surplus jadi minus, badan ini akan mengontrol. Ini berjalan baik, buktinya setiap acara pusat, cabang pasti mengirim wakilnya. Memang soal biaya tinggi ini dapat menjadi kendala perkembangan MP ke semua golongan. Sekarang kita sedang kontak Depdikbud agar MP dapat kurikulum silat. Tentu saja pengajarannya disesuaikan dengan perkembangan usia. kalau siswa-siswa ini belajar MP kan jadi bendera MP, ini mungkin dapat mengurangi keinginan berkelahi di luar.

Bagaimana kalau ada  murid MP yang berlatih bela diri lain?

Ia kita haruskan memilih MP atau yang lain.

Jadi tak boleh merangkap?

Kita tak ingin ada clash dengan perguruan lain. Biasanya clash itu terjadi karena persoalan murid ini.

Sejak 1960-an ada sempalan MP?

Kalau dibilang perpecahan itu nggak ada. tapi bahwa ada murid mp yang membuat perguruan musiman itu memang ada. Ya silahkan saja. bahkan ada yang mencampur-campur ilmu MP dengan aliran lain. Silahkan pakai nama lain dan jangan bawa-bawa nama MP.

Selamat membaca.


Baca selanjutnya Poerwoto Hadi Poernomo - Sang Pendekar Bagian 5.


Sumber: JAKARTA JAKARTA N0.285 14-20 Desember 1991.

Comments